Pages

Selasa, 05 April 2016

Manusia dan Cinta Kasih

A.    CINTA KASIH
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan kata lain cinta dan kasih memiliki hampir kesamaan arti tetapi kata kasih memperkuat arti dari cinta.
            Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Cinta sama sekali bukan nafsu. Perbedaan antara cinta dengan nafsu adalah sebagai berikut:
·         Cinta bersifat manusiawi, hanya pada manusialah Cinta timbul dan berkembang,sedangkan pada binatang terbatas pada naluri untuk melindungi
·         Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
·         Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut.

Ada 3 unsur tentang cinta, yaitu:

1.      Keintiman : kedekatan hubungan
2.      Gairah  : secara sexual, cantik,ganteng,dll
3.      Komitmen : pernyataan bahwa kau pacarku

Kemungkinan:
Ø  keintiman+komitmen =Cinta Hampa = ada pernyataan pacaran , ada kedekatan tp nga ada nafsu (ketertarikan lawan jenis)
Ø  =komitmen+Nafsu=:Cinta Romantis ada pernyataan dan ada ketertarikan terhadap lawan jenis (merasa pasanganya cantik,guanteng,dll)
Ø  = Nafsu+keintiman=Cinta Semberonoo: ada ketertarikan,ada kedekatan hubungan tapi tidak  ada status pacaran.

Ada tiga tingkat cinta.

Pertama, cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu. Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi.

Kedua, cinta atas dasar mengharap ridho kekasih. Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll. Terkadang ada dia berani mengambil resiko besar dalam melakukan hal-hal tersebut. Terkadang dia bersedia melakukan sesuatu yang konyol dan memalukan. Terkadang dia mau melakukan sesuatu yang tidak masuk akal.

Ketiga, cinta atas dasar mengharap Ridho Allah sekaligus ridho kekasih. Inilah cinta sejati. Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu.

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang – kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang – kadang mencintai orang lain. Atau juga mencintai anak dan istrinya, hartanya, Allah dan rasulnya.

Ada berbagai bentuk cinta yaitu :

§ Cinta Persaudaraan, diwujudkan manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta persaudraan tidak mengenal adanya batas – batas manusia berdasarkan SARA.

§ Cinta Keibuan, kasih sayang yang bersumber pada cinta seorang ibu terhadap anaknya.

§ Cinta Erotis, kasih sayang yang bersumber dai cinta erotis (birahi) merupakan sesuatu yang sifatnya khusus sehingga memperdayakan cinta yang sesunguhnya. Namun, bila orang yang melakukan hubungan erotis tanpa disadari rasa cinta, di dalamnya sama sekali tidak mungkin timbul rasa kasih sayang.

§ Cinta Diri Sendiri, yaitu bersumber dai diri sendiri. CInta diri sendiri bernilai positif jika mengandung makna bahwa seseorang dapat mengurus dirinya dalam kebutuhan jasmani dan rohani.

§ Cinta Terhadap Allah

B.     CINTA MENURUT AJARAN AGAMA

1.      Cinta Diri
Cinta Diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Al-Qur’an telah mengungkpkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari diri dari segala sesuatu yang membahayakan kesalahan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammd SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hl gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.

2.      Cinta Kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya. Allah ketika member isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menurus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu.

3.      Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama ntara suami dan istri. Ia merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
 “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir. QS, Ar-Rum, 30:21)

Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksual terbentuk keluarga.

·                     Cinta Kebapakan
 Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh iktan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-ankanya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melaikan dorongan psikis.

 Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kasih nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta. Kasih sayang, dan belas kasihan, untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak :
 “…Dan nuh memanggil anaknya – sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil – : “Hai…anakku, naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama orang-orang yang kafir”.(QS, Yusuf, 12:84)

·                     Cinta Kepada Rasul
 Cinta kepad rasul, yang ditulis Allah sebagai rahmh bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkt ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.


C.    KASIH SAYANG

Kata kasih dan sayang itu mengandung pengertian yang sangat luas. Dan yang pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari. Seseorang akan terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih maupun sayang. Apapun yang terjadi, pasti dia akan selalu ingin cintai sekaligus mencintai orang lain. Dari pertama kali lahir di dunia sampai ajal menjemput.

Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang dikasih dan disayanginya.
Foto diatas merupakan salah satu bentuk kasih sayang manusia kepada makhluk hidup khususnya kepada hewan.

D.    KEMESRAAN

Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih. Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat. Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
Kemesraan Manusia Usia Lanjut, Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.

E.     PEMUJAAN

Pemujaan berasal dari kata puja yang berarti penghormatan atau tempat memuja kepada dewa – dewa atau berhala. Dalam perkembangannya kemudian pujaan ditujukan kepada orang yang dicintai, pahlawan dan Tuhan YME. Pemujaan kepada Tuhan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan, karena merupakan inti , nilai dan makna dari kehidupan yang sebenarnya.
Cara Pemujaan dalam kehidupan manusia terdapat berbagai perbedaan sesuai dengan ajaran agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Tempat pemujaan merupakan tempat komunikasi manusia dengan Tuhan. Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan merupakan suatu tambahan tersendiri dalam terciptanya kehidupan yang lebih indah.

F.     BELAS KASIH

Belas kasih (composian)adalah kebajikan -satu di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian .  Ada aspek belas kasih yang menganggap dimensi kuantitatif, seperti individu belas kasih yang sering diberi milik kedalaman,kekuatan atau gairah .

Lebih kuat dari empati , merasakan umumnya menimbulkan aktif keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain. Hal ini sering, meskipun tidak pasti, komponen kunci dalam apa yang memanifestasikan dalam konteks sosial .Dalam etika istilah, berbagai ungkapan bawah usia yang disebut Golden Rule mewujudkan oleh implikasi prinsip kasih sayang: untuk orang lain apa yang Anda ingin mereka lakukan untuk  Anda
           
Cinta kasih erotis adalah kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan universal, dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat di percaya.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara 2orang yang asing 1sama lain. Tetapi seperti yang telah di katakan terlebih dahulu, pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja. Dalam cinta kasih erotis terdapat ekskllusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan.
 Ciri-ciri eksklusif dalam cinta kasih erotis ini perlu di bicarakan lebih lanjut. Kerap kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis di salah tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan hak milik. Cinta kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai 1 pendirian, yaitu bahwa seseorang sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya, dan menerima pribadi orang lain yang sedalam-dalamnya.

Manusia dan Kesusastraan

A.   Pendekatan Kesusastraan
Konsepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pendapat (paham). Maksud dari konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusastraan adalah pemahaman ilmu budaya dasar melalui pendekatan kesusastraan. IBD pada awal mulanya bernama basic humanities berasal dari bahasa inggris yaitu the humanities. Istilah ini diambil dari bahasa latin yaitu humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus. Orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus jika mempelajari the humanities. Nilai-nilai manusia sebagai sebagai makhluk yang berkebudayaan (homo homanus) berkaitan dengan the humanities. The humanities mencakup ilmu filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, dan sebagainya.
Seni memegang peranan penting dalam pembelajaran ilmu budaya dasar karena ilmu tersebut mudah dikomunikasikan melalui seni. Seni merupakan ekspresi dari nilai-nilai kemanusiaan. Seni lebih mudah berkomunikasi karena seni merupakan ekspresi dan seni bersifat tidak normatif atau tidak berpegang teguh pada norma. Peran seniman sebagai pencipta karya seni penting dalam proses penyampaian nilai-nilai kemanusiaan. Seniman berperan sebagai media penyampaian nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaan seniman menyebabkan seniman tersebut mampu menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain. Salah satu hasil dari karya seni adalah sastra.
Sastra merupakan karya yang bersifat imajinatif. Sastra merupakan bagian dari sebuah keindahan dalam suatu seni. Sastra memegang peranan penting hampir di setiap zaman karena sastra mempergunakan bahasa. Bahasa itu sendiri memiliki kemampuan untuk menampung pernyataan kegiatan manusia yang diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.   
Dalam ilmu budaya dasar, sastra tidak diajarkan sebagai disiplin ilmu tetapi digunakan sebagai alat pembahasan untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan sehingga mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra dan sebagainya. Sastra dapat mebantu seseorang untuk menjadi homo homanus yang lebih baik.

B.   Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Prosa
Prosa merupakan tulisan yang menjelaskan atau mendeskripsikan suatu fakta atau ide seseorang secara jelas. Istilah prosa memiliki banyak padanan yakni narrative fictionprose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah prosa didefinisikan sebagai bentuk cerita yang memiliki tokoh, watak, alur cerita yang dihasilkan oleh imajinasi. Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru. Yang termasuk ke dalam jenis prosa lama adalah dongeng, hikayat, epos, sejarah, dan cerita pelipur lara. Sedangkan yang termasuk jenis prosa baru adalah cerita pendek, novel, biografi, otobiografi,  dan kisah. Ilmu budaya dasar dapat dihubungkan melalui prosa karena budaya-budaya yang ada pada masyarakat dapat dikomunikasikan melalui cerita.

C.   Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi
Prosa yang merupakan seni dalam bentuk cerita tentu saja membawa pesan, moral, atau cerita menarik. Banyak nilai cerita yang terkandung dalam prosa yang dapat diperoleh oleh pembacanya. Maksud dari nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (termasuk prosa). Tidak semua pembaca dapat memperoleh nilai dari prosa yang dibaca tersebut. Nilai dalam prosa hanya dapat diperoleh pembaca, apabila prosa yang dibaca menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra. Nilai-nilai yang dapat diperoleh pembaca melalui prosa fiksi antara lain:
1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan dapat diperoleh dari membaca prosa fiksi jika pembaca mendapatkan pengalaman dari prosa fiksi tersebut sebagaimana ia mengalaminya sendiri peristiwa atau yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing yang belum dikunjunginya, atau yang tidak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh tingkah lakunya atau mungkin memiliki perjalanan hidup yang rumit untuk mencapai suatu kesuksesan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu mirip dengan manusia-manusia atau tempat-tempat yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi intelektual berupa ide, wawasan, atau pemikiran yang baru, yang aneh, atau yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan jika diungkapkan bukan melalui sastra.
2.      Prosa fiksi memberikan informasi
Prosa fiksi memberikan informasi yang tidak ada di dalam ensiklopedi. Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita bisa membuka buku. Tetapi jika kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita harus memilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin berada di luar perhatian kita. Melalui novel, kita bisa mempelajari sesuatu hal yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan di masa kini, kehidupan di masa lalu, bahkan kehidupan di masa yang akan datang. Kita juga bisa mempelajari kehidupan yang sama sekali asing misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (Djamil Suherman).
Prosa fiksi juga memberikan wawasan yang lebih dalam dari sekedar fakta yang sifatnya hanya menggambarkan. Dari prosa fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
Prosa fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan seperti misalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau tindakan
3.      Prosa fiksi memberikan wawasan kebudayaan
Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kebudayaan kepada mahasiswa. demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan impian, harapan, dan aspirasi sebagai akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Novel-novel yang terkenal seperti : Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impian, harapan, aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini.
4.      Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan
Seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan banyak individu melalui prosa fiksi. Prosa fiksi juga lebih banyak memungkinkan untuk memilih respon-respon emosional atau rangkaian tindakan yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan nyata.
Kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi yang memungkinkan pembaca untuk memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari pengalaman sastra, dalam diri pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Kesanggupan prosa fiksi untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat memberikan dampak yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu wawasan atau pemikiran yang gila

D.   Contoh dari Hubungan Ilmu Budaya Dasar dengan Prosa
Prosa dapat dijadikan media untuk menyebarkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat. Salah satu contoh prosa yang dapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan budaya pada masyarakat adalah cerita dongeng pinokio.


Cerita Pinokio berawal dari sepotong kayu yang diberikan Tuan Cherry kepada pemahat yang hidup sendirian di rumah yang sangat sederhana yang bernama Geppeto. Geppeto tidak memiliki anak sehingga ia merindukan hadirnya seorang anak yang akan menemaninya. Geppeto kemudian mengubah kayu tersebut menjadi sebuah boneka kayu yang menyerupai anak kecil yang diberi nama Pinokio. Ketika Geppeto memegang tangan boneka kayu tersebut tiba-tiba tangan boneka kayu tersebut bergerak. Setelah tangan boneka tersebut bergerak kemudian boneka tersebut berkata “papa” kepada Geppeto. Geppeto sangat senang karena impiannya memiliki anak sudah terkabul. Geppeto memberi nama boneka tersebut dengan nama Pinokio.
Suatu hari Geppeto menjual mantelnya untuk membeli buku sekolah Pinokio karena ia sangat menyayangi pinokio. Sayang buku tersebut malah dijual oleh Pinokio untuk membeli tiket pertunjukan boneka kayu. Pinokio hampir saja dibakar oleh pemilik pertunjukan, namun ketulusan hati Pinokio malah membuatnya diberi sejumlah koin emas. Di perjalanan pulang untuk memberikan koin emas kepada Geppeto, Pinokio malah mengikuti rubah dankucing jahat yang berjanji akan menggandakan koin emas tersebut. Sayangnya, Pinokio malah tertipu, dirampok, dan nyaris dibakar oleh rubah dan kucing itu. Dalam petualangannya kembali ke rumah, Pinokio banyak menemui kesulitan dan mendapatkan bantuan dari peri. Pinokio juga dikisahkan pernah menjadi keledai dan dimakan oleh ikan hiu. Berbagai masalah dialami Pinokio karena sifatnya yang polos, bodoh, suka berbohong, dan egois. Jika pinokio berbohong maka hidungnya akan menjadi panjang.Namun pengalaman-pengalaman yang dialaminya mengubah Pinokio menjadi pribadi yang peduli terhadap perasaan orang lain dan patuh kepada orang tua. Akhir dari dongeng ini adalah Pinokio bertobat dan dapat bertemu kembali dengan Geppeto dan berubah menjadi anak laki-laki nyata
Cerita tentang pinokio tersebut mengajarkan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat yang salah satunya adalah larangan untuk berkata tidak jujur atau berbohong. Cerita ini termasuk prosa fiksi karena jika membaca cerita ini, pembaca mengenal tokoh-tokoh yang aneh tingkah lakunya.

E. Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Puisi
Pembahasan puisi pada ilmu budaya dasar tidak diarahkan pada pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasi sastra. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat didalam ilmu budaya dasar.
Puisi termasuk ke dalam sastra. Sastra merupakan bagian dari kesenian, yang merupakan unsur dari kebudayaan. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media berbahasa yang artistik yang secara padu dan utuh dipadatkan dengan kata-katanya. Yang termasuk karya sastra puisi diantaranya sajak, syair, pantun, gurindam, dan sebagainya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair pada saat menyusun puisinya menggunakan
1.      Figura bahasa seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, dan sebagainya sehingga puisi menjadi segar, hidup,menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan-angan penyair.
2.      Kata-kata yang bermakna ganda sehingga banyak penafsirannya.
3.      Kata-kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah diberi suasana tertentu yang berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga puisi yang dibuat terasa hidup dan memukau.
4.      Kata-kata yang konotatif yaitu kata-lata yang telah diberi tambahan nilai rasa. 
5.      Pengulangan yang berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

Ilmu budaya dasar dapat dihubungkan melalui puisi karena puisi karena:
1.      Puisi merupakan perekaman dan penyampaian pengalaman hidup manusia
2.      Puisi dapat mengajak seseorang untuk menjenguk hati/pikiran orang tersebut maupun orang lain
3.      Secara imajinatif, puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial berupa:
-          Penderitaan atas ketidakadilan
-          Perjuangan untuk kekuasaan
-          Konflik dengan sesama manusia
-          Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Pada umumnya puisi sarat akan nilai estetika, etika, dan juga kemanusiaan

F. Contoh Puisi
Puisi Alam
Lihatlah hutan kita ini
Sedikit habis oleh orang-orang
Yang tidak memikirkan masa depan
Dia mementingkan pribadi tanpa peduli
Lewat puisi alam imi aku bertanya
Lewat curahan kata aku bicara

Indahnya tanahku di atas negeri
Ribuan pulau menyapa senyum bijaksana
Indonesia tercinta tetumbuhan menghijau
Aku lahir di sini

Di tempat surgawi
Tanahku subur penjajah suka buahku
Mereka berkelana dari kejauhan
Mereka datang berbondong

Sengaja gambar ini terpampang
Sengaja gambar ini tersimpan
Agar kita mengerti takkan ada lagi yang asri
Kalau kita tak peduli

Daftar Pustaka :
http://adhwasyifa.blogspot.co.id/2015/06/tugas-3-ibd-konsepsi-ilmu-budaya-dasar.html


Manusia dan Kebudayaan


A. MANUSIA
Dalam ilmu eksakta, manusia dipandng sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia), manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energi (ilmu fisika), manusia merupakan makhluk biologisyang tergolong dalam golongan makhluk mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial manusia merupakanmakhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi), manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik) makhluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat), dan lain sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia
1) Manusia terdiri dari empat unsur terkait, yaitu
a. Jasad,
b. Hayat.
c. Ruh,
d. Nafs.
2) Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
a. Id, merupakan libido murni,atau energi psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcious). Terkurung dari realitas dan pengaruh sosial, Id diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasan instingsual libidinal yang harus dipenuhi baik secara langsung melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
b. Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energi Id ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain.
c. Superego, merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua.

B. HAKEKAT MANUSIA
a. Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
b. Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Terdiri dari dua hal,yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia,misalnya:
1) Perasaan intelektual,
2) Perasaan estetis,
3) Perasaan etis,
4) Perasaan diri,
5) Perasaan sosial,
6) Perasaan religius.
c. Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
d. Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.

C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang mengkombinasikan dalam dalam dirinya keahlian di dalam ilmu antropologi, ilmu psikologi, ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik.
Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam masyarakat Barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat yang amat penting. Biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampaui banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subyek yang terkandung dlam batas individu yang terisolasi, maka Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar dan pribadi.
Nomor 7 dan nomor D disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran itu berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious). Lingkaran it terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan,tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan ada kemungkinan, bahwa :
a) Ia takut salah dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya, atau karena ia punya maksud jahat.
b) Ia sungkan menyatakannya, atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat respons dan pengertian yang baik dari sesamanya, atau takut bahwa walaupun diberi respons, respons itu sebenarnya tak diberikkan dengan hati yang ikhlas atau juga karena ia takut ditolak mentah-mentah.
c) Ia malu karena taku ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam.
d) Ia tidak bisa menemukan kata-kata atau perumusan yang cocok untuk menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi kepada sesamanya.
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious). Lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya.
Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar oleh kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau benda-benda itu bagi dirinya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak dalam lingkungan nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.

D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukkan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Herkovis memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus.
Dalam sehari-hari istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari.
Kebudayaan dari bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya.”.
E.B.Tylor (1871) mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir.
E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur kebudayaan menmpunyai empat unsur, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuatan politik. Sedangkan Broinslaw Malinowski mengatakan unsur-unsur itu terdiri dari sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada tujuh kebudayaan universal,yaitu :
1. Sistem Religi (sistem kepercayaan)
2. Sistem Organisasi Kemasyarakatan
3. Sistem Pengetahuan
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
5. Sistem Teknologi dan Peralatan
6. Bahasa
7. Kesenian.

F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu,
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas.
3. Wujud sebagai benda.

G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C.Kluckhohn dalam karyanya Variation in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1. Hakekat hidup manusia (MH)
2. Hakekat karya manusia (MK)
3. Hakekat waktu manusia (WM)
4. Hakekat alam manusia (MA)
5. Hakekat hubungan manusia (MN)

H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalamsuatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.

I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
3. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disegrap kembali oleh manusia.
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat atu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan
daftar pustaka
Mustopo, M. Habib; Manusia dan budaya kumpulan esay; Usaha Nasonal, Surabaya, 1990.
MP. Suyadi, Drs; Ilmu Budaya Dasar; Modul UT; PT Karunika, Jakarta, 1990.
Muhamad Kadir SH, Ilmu Budaya Dasar; Fajar Agung, Jakarta, 1990.
Soekanto Sorjono; sosiologi suatu pengantar; Rajawali Pers, Jakarta, 1990.


 
Copyright 2012 adhmfkhr's blog. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates and Images by Wpthemescreator
Personal Blogger Templates